Minggu, 27 Desember 2009

BioLoGi AkuYh


Darwin VS Wallace : Lahirnya teori evolusi


Ketika berbicara tentang Teori Evolusi, pikiran kita tentu segera melayang kepada Charles Darwin. Teori itu demikian mengguncang dunia. Banyak yang menolak, namun banyak pula yang mendukungnya. Debat pun sering terjadi di mana-mana. Lalu ……., apa hubungan teori itu dengan Halmahera?

Sejarah mencatat bahwa, ternyata munculnya Teori Evolusi itu sangat erat hubungannya dengan Halmahera. Hal itu bermula dari dua orang ilmuwan yang bersahabat, yaitu Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Berikut ini adalah kisahnya sebagaimana diceritakan kembali oleh Awang Harun Satyana beberapa tahun yang lalu (tahun 2004) yang mendapatkan cerita itu dari berbagai referensi.

Selamat menikmati, dan semoga bermanfaat.

====================

Teori evolusi yang diumumkan Charles Darwin melalui bukunya yang terkenal “The Origin of Species…” (1859) – buku terjemahan edisi bahasa Indonesianya baru saja diterbitkan oleh Yayasan Obor Jakarta 2004 – ternyata bak sebuah drama dan tidak lepas dari iklim persaingan antar ilmuwan pada masa itu. Demikian kesan saya setelah membaca dua buku relatif baru: Swischer, Curtis, Lewin (2001) : The Java Man, dan Gribbin and Gribbin (2002) : Science – A History.


Dan, ternyata penelitian zoologi Alfred Russel Wallace di Kepulauan Halmahera, Indonesia lah (bukunya yang terkenal the Malayan Archipelago sudah pula diterjemahkan 2 tahun yang lalu dengan judul Menjelajah Kepulauan Nusantara) yang mendorong Darwin cepat-cepat mengumumkan teori evolusinya sebelum didahului Wallace. Dan, Charles Lyell, geologist Inggris terkenal saat itu dan yang mempopulerkan konsep uniformitarianisme, kawan akrab Darwin di the Linnaen Society Inggris, terlibat dalam persaingan antar naturalist kelas dunia ini.


Charles Darwin dan Alfred Wallace bersahabat, Wallace lebih muda 14 tahun. Wallace sering main2 ke rumah Darwin dan melihat-lihat koleksi Darwin hasil ekspedisinya ke pulau-pulau di Pasifik dengan kapal survey HMS Beagle. Saat itu, Darwin belum menuliskan hasil penelitiannya menjadi buku terkenal itu. Rupanya, Darwin agak ragu dan lama berpikir untuk mengumumkan teorinya. Wallace, sebagai sesama naturalist juga sering melakukan ekspedisi ke pulau2 yang belum dikenal dengan baik saat itu. Sebelum ke Malaya dan Indonesia, dia pernah melakukan ekspedisi besar ke Amerika Selatan, dan Wallace menjadi pemasok koleksi2 binatang dan tumbuhan untuk Darwin.


Tahun 1854, Wallace berangkat ke Malaya dan memulai perjalanan muhibahnya sebagai naturalist, ini kira-kira enam bulan sebelum Darwin mulai mengumpulkan catatan2 perjalanannya untuk menulis buku. Sebaga naturalist yang Wallace hormati, Wallace tetap berhubungan dengan Darwin di Inggris untuk meminta pertimbangan2nya. Tahun 1855 Wallace menerbitkan sebuah paper dan mengagetkan Darwin sebab teori spesiasi (bagaimana spesies berubah menjadi spesies baru) adalah persis seperti yang sedang dipikirkan Darwin. Charles Lyell segera memprovokasi Darwin : “Ayo, cepat-cepatlah kamu publikasikan hasil2 penelitianmu, sebelum Wallace atau orang lain mendahuluimu” begitu kira-kira. Saat itu, Darwin telah 19 tahun kembali dari perjalanannya. Ada beberapa paper yang telah dia tulis, tetapi belum diterbitkan karena masih ragu apakah teorinya benar, Darwin hanya mendiskusikannya dengan kawan2 dekatnya termasuk Lyell.


Dan, di bulan Februari 1858, saat Wallace telah sampai di Halmahera dan tengah terbaring sakit oleh demam, dia menulis sebuah paper penting yang diilhami oleh penelitiannya (terutama serangga) di gugusan Kepulauan Halmahera, berjudul, “On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type” Paket ini diterima Darwin tanggal 18 Juni 1858. Darwin shock dan segera ingat tulisannya di tahun 1842-1844 yang belum ia terbitkan. Kekagetan Darwin bertambah dengan tiba2 meninggalnya anaknya yang masih kecil Charles Waring Darwin akibat demam tinggi (scarlet fever). Darwin menceritakan kekagetan yang beruntun ini kepada Charles Lyell dengan note :


“Your words have come true with a vengeance – that I should be forestalled…I never saw a more striking coincidence; if Wallace had my MS sketch written out in 1842, he could not have made a better short abstract ! … I shall, of course, at once and offer to send it to any journal”


Charles Lyell, yang lebih sering berperan sebagai tempat Darwin curhat, segera bertindak cepat dan sigap. “Jangan kuatir” katanya. Tentu Darwin senang sebab saat itu Darwin pasrah saja oleh kekagetan yang datang bertubi2. Darwin menyerahkan segalanya kepada Lyell dan dia pergi untuk memakamkan anaknya.


Apa yang dilakukan Lyell ? Lyell menggabung paper unpublished Darwin tahun 1844 dengan paper Wallace, dan memberi judul baru, “On the Tendency of Species to Form Varieties; and on the Perpetuation of Varieties and Species by Means of Selection” oleh Charles Darwin, Alfred Wallace; dikomunikasikan oleh Sir Charles Lyell dan Joseph Hooker (Hooker adalah kalangan inner circle Darwin lainnya). Apakah Wallace yang sedang terbaring sakit di tengah belantara Halmahera dikonsultasikan ? tentu tidak…


Dan, setahun kemudian terbitlah buku Darwin yang sangat terkenal itu “On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life”, diterbitkan oleh John Murray pada 24 November 1859. Kalau sempat membacanya, kita akan tahu bahwa pasti banyak campur tangan geologist Sir Charles Lyell di dalamnya. Darwin menulisnya hanya butuh waktu setahun, sebab dia dikejar ketakutan didahului oleh siapa pun…


Apa yang terjadi dengan Alfred Wallace di Indonesia ? Dia tidak marah, tetap santun, dan tetap meneruskan ekspedisinya dari Halmahera ke pulau2 lain di Indonesia. Bahkan Wallace menyebut teori evolusi sebagai Darwinisme. Dan Darwin menghormati Wallace dengan menyebut cukup sering namanya di bukunya. Pulang ke Inggris, Wallace pun dihormati sebagai ilmuwan besar oleh pihak Kerajaan Inggris, tetap berkawan dengan Darwin, menerima uang pensiun setahun 200 pundsterling dari Ratu Victoria, terpilih sebagai anggota the Royal Society tahun 1893, menerima Order of Merit tahun 1910, dan meninggal tahun 1913.


Begitulah, dari pojok timurlaut Indonesia, di gugusan Kepulauan Halmahera di Ternate, Tidore, Bacan, dan Morotai, sebuah paper yang dikirim Wallace membuat Charles Darwin segera menuliskan bukunya yang menggoncang dunia itu.